TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Asfinawati, mengkritik prosedur Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya dalam menangkap aktivis yang tergabung dalam Blok Politik Pelajar (BPP). Tak hanya di Jakarta, dua aktivis yang akan demo di Semarang, Jawa Tengah, juga ditangkap tanpa alat bukti yang cukup pada pekan lalu.
Asfinawati mengatakan semestinya polisi memiliki bukti yang kuat sebelum menangkap dan menjerat para aktivis tersebut. Jika tidak, maka kepolisian sama saja tengah berupaya melakukan pembungkaman kebebasan berpendapat. "Kalau tidak jelas tuduhannya, ini sama saja seperti teror. Seperti halnya di Semarang, dua aktivis ditangkap dulu, meski kemudian dibebaskan," ujar Asfinawati seperti dikutip Koran Tempo edisi Selasa 27 Juli 2021.
Polda Metro Jaya sebelumnya menangkap enam demonstran bertajuk Jokowi End Game yang disinyalir dinisiasi oleh Blok Poltik Pelajar, pada Sabtu lalu. Namun kepolisian tak mengungkap identitas demonstran tersebut termasuk organisasinya. Belakangan polisi membebaskan enam orang itu.
Blok Politik Pelajar sempat secara masif mengampanyekan demonstrasi untuk demonstrasi menurunkan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada 2 Juli lalu, mereka menerbitkan rilis tentang pelengseran presiden. Di media sosial mereka juga menggalang dukungan untuk demonstrasi Jokowi End Game. Namun mereka membatalkan aksi karena tiga orang penggagas di BPP mendapat intimidasi dari sejumlah pihak.
Kepala Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Yusri Yunus, enggan mengungkit persoalan penangkapan enam demonstran Jokowi End Game. Menurutnya ia sudah menjelaskan itu beberapa hari lalu di hadapan awak media massa. Sebelumnya dia menyatakan bahwa pihaknya sempat menginterogasi enam demonstran tersebut. “Mereka pengangguran, bilangnya mau nonton aja. Tahu dari medsos, penasaran mau lihat,” ujar Yusri.
Artikel lengkapnya bisa dibaca di Koran Tempo edisi Selasa 27 Juli 2021 berjudul: Main Tangkap Aktivis Tanpa Bukti Kuat
https://nasional.tempo.co/read/1487699/penangkapan-blok-politik-pelajar-ylbhi-jika-tak-jelas-tuduhannya-seperti-teror